Echoes Of Justice

Ibrahim

Hilang Pada 24 Mei 2001

Korban penghilangan orang secara paksa.

Kak Ros tinggal di Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur. Kak Ros seorang diri membesarkan 3 orang anaknya yang ditinggalkan oleh suami saat anak-anaknya masih kecil. Suami Kak Ros bernama Ibrahim berumur 33 tahun seorang Satuan Pengamanan (Satpam) di sebuah pabrik sawit yang sering disebut PTP oleh masyarakat terletak di Desa Blang Tualang Kecamatan Birem Bayeun Aceh Timur. Sebelum bekerja di PTP Ibrahim sempat bekerja di PT Wiralano di Desa Labuhan Kedu, Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur yang kemudian pindah ke PTP setelah PT Wiralano tutup. Ibrahim sudah 9 bulan bekerja di PTP menjadi salah satu korban penghilangan paksa yang dilakukan oleh orang tak dikenal (OTK) pada tanggal 26 Januari 2001 tidak diketahui pasti pada jam berapa. Saat itu Ibrahim sedang melakukan tugas mengamankan PTP. Biasanya Ibrahim pulang ke rumah pada sabtu siang dan kembali ke PTP pada senin pagi.


Hampir sebulan pada tanggal 5 Januari 2001 sebelum kejadian penghilangan paksa terhadap Ibrahim dan 2 rekannya yang juga ikut hilang. Ibrahim menjadi korban penyiksaan yang dilakukan oleh Brimob Pos Paya Bilie II dengan alasan tidak hormat saat melewati pos tersebut dengan sepeda motor. Pada waktu itu Ibrahim bersama temannya dipanggil ke Pos Brimob tersebut dan dipukul. Setelah itu Ibrahim dibolehkan melanjutkan perjalanan dengan syarat wajib lapor pada setiap hari Senin dan Kamis, Ibrahim juga tidak diperbolehkan pulang kerumah atau melaporkan kejadian tersebut. Seminggu kemudian Kak Ros mengunjungi suaminya di PTP awalnya Ibrahim tidak bercerita tentang penyiksaan itu kepada istrinya. Tetapi saat itu Kak Ros bertanya sakit apa pada suaminya karena melihat tidak biasanya suaminya makan tidak semangat dan minum obat sehingga akhirnya suaminya menceritakan tentang pemukulan tersebut.


Kak Ros tidak tahu pasti bagaimana kronologi kejadiannya, hanya mendengar kabar dari orang lain pada hari Sabtu sore. Mendengar kabar dari orang yang mengambil buah di pasar dan bertanya mereka tidak ada lagi, apakah ada turun kemari. Beberapa hari sebelum kejadian itu, Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menjarah PTP sehingga karyawan PTP meninggalkan PTP dikarenakan kondisi tidak aman. Petugas keamanan tidak diizinkan oleh aparat meninggalkan lokasi PTP. Setelah Ibrahim melapor pada Kamis tanggal 25 Januari 2001, pada malamnya Ibrahim bersama 2 rekannya yang juga keamanan PTP diculik yang tinggal hanya 1 orang dari suku Jawa. Tidak ada informasi yang pasti dari petugas keamanan yang selamat dari penculikan tersebut. Pada awalnya dia mengatakan bahwa yang mengambil Ibrahim dan rekan-rekannya adalah Brimob, tetapi setelah dikonfirmasi ulang oleh adm PTP dia menjawab tidak tahu bagaimana kejadiannya karena saat itu dia sedang tidur.


Upaya keluarga untuk mencari Ibrahim pun dilakukan oleh Kak Ros sambil menggedong anaknya dengan mencari ketempat-tempat dimana ada dikabarkan ada ditemukan mayat, dan Ibu mertua Ibrahim pun ikut mencari hingga ke PTP tetapi tidak membuahkan hasil, hanya saja ditemukan dompetnya oleh pekerja PTP yang kemudian diserahkan kepada Adm PTP. Kak Ros pun mencari ke Pos Brimob Paya Bilue II memohon kepada Brimob di pos tersebut kalau memang sudah meninggal berikan jenazahnya dan berjanji tidak akan menuntut. Tetapi mereka mengaku tidak mengambil Ibrahim hanya saja mereka mengakui bahwa ada makan kepiting bersama Ibrahim dan kemudian mereka bersama Ibrahim berburu rusa.


Hilangnya Ibrahim membuat Kak Ros berjuang sendiri membesarkan 3 orang anaknya yang saat itu masih belum sekolah. Anak pertamanya berumur 5 tahun, anak kedua berumur 4 tahun dan anak terakhir berumur 8 bulan. Tidak banyak memori tentang sang ayah yang tertanam pada anak-anak itu, hanya samar-samar memori yang tertinggal. Seperti anak kedua Kak Ros yang masih mengingat saat ayahnya mengajak menonton volly karena ayah Ibrahim suka bermain volly. Anak terakhir pun tidak tahu bagaimana rupa sang ayah karena dia masih bayi saat ditinggalkan oleh sang ayah. Untuk menlanjutkan hidup dan membesarkan anak-anaknya Kak Ros bekerja membuat batu bata di samping rumahnya dan juga buruh harian lepas (BHL) di PTP. Saat anak-anak nya masih kecil Kak Ros tidak tahu bagaimana menjelaskan ketika anaknya bertanya: “Kenapa Mak saya ditaruk anak yatim sedangkan kalau ayah meninggal dimana kuburannya? Dulu saat anak-anaknya masih kecil Kak Ros mengatakan kepada anak-anaknya bahwa ayahnya meninggal jauh jadi gak sampai kita lihat kuburannya. Mereka pun tahu kejadian ayahnya hilang dari orang lain dan mereka mengerti sendiri saat sudah besar-besar.


Memperoleh biaya rehap rumahnya yang diberikan oleh Partai Golkar karena Kak Ros juga merupakan partisipan dari partai tersebut. Kak Ros juga mendapatkan dana diyat sebanyak 7 kali, yang pertama mendapat Rp. 500.000 dan yang lain tidak diketahui pasti berapa jumlahnya. Anak terakhir Kak Ros pun mendapatkan dana anak yatim yang diperoleh saat kelas 4 SD. Kak Ros berkata “Ini sudah lama, ganti Gubernur dan Presiden gak tuntas-tuntas”.


Kini Kak Ros telah sukses membesarkan anak-anaknya seorang diri. Anak pertamanya bekerja di Batam, Anak keduanya sudah memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Anak ketiga masih SMA.

error: Content is protected !!
id_IDID