Tarlian adalah anak laki-laki dari seorang ibu JL. Mereka tinggal di Bintang Musara, karena sudah berkeluarga Tarlian tinggal dirumah yang terpisah dengan Ibunya namun tetap bersebelahan. Sehari-harinya Tarlian bertani dan sesekali berdagang hasil kopi dan cukup sukses. Korban dan istrinya dikaruniai 3 orang anak, saat musibah tersebut terjadi anak korban masih sangat kecil-kecil. 

Suatu hari, semua laki-laki disuruh berkumpul ke Meunasah, usai dari sana Tarlian tidak langsung pulang sebab ia dan temannya diminta untuk ikut naik ke mobil tentara untuk mengevakuasi mayat. Saat itu kepala desa sempat menawarkan beberapa orang lagi untuk membantu mengevakuasi mayat, namun tentara tersebut menolak. Sehingga hanya Tarlian dan Ahmadi saja yang ikut mereka. 

Setelah itu, ia dan temannya tidak kembali lagi. Keluarga dan aparatur desa sempat mencari sampai ke pos pos namun tidak ada. Tidak lama setelah hilangnya Tarlian, anak sulungnya meninggal dunia karena kecelakaan (tertabrak). JL merasa sedih sebab Tarlian yang tidak kunjung pulang dan ditemukan, seandainya ada kuburannya hati Jamilah terasa lebih tenang sebab bisa mengunjungi dan menyiram nisannya.