Echoes Of Justice

Sabri Bin Umar

Hilang Pada 19 Maret  2003

Korban penghilangan orang secara paksa.

Sabri bin Umar lahir tahun 1965. Keluarganya dikaruniai 4 orang anak, dua perempuan dan dua laki-laki.  Sabri (korban) merupakan toke kayu. Menurut pengakuan AS isterinya, korban merupakan orang yang murah hati. Beberapa kali, orang kerja di PT tidak memiliki uang dan meminjam ke korban. Jika meminjam 100-200 ribu sering tidak dihutangi. Mereka membalas jasa korban dengan menaruh kayu milik korban dipinggir jalan. AS mengatakan bahwa sempat ada yang menuduh korban mengambil kayu PT, “kami gak pernah mengambil kartu PT, orangorang kerja di PT yang berutang budi pada bapak yang membawa kayu bapak ke pinggir jalan” katanya.


Karena sakit, korban berobat ke Banda Aceh, saat kondisi lumayan pulih ia pulang kerumahnya.  Saat itu bulan Ramadhan, mereka menyelenggarakan berbuka puasa bersama dirumah dan mengundang orang-orang. Karena kondisi sudah agak ribut, Sabri memutuskan untuk tidak lagi berobat ke Banda Aceh melainkan berobat di Ulee Jalan. Suatu maghrib, saat Sabri ditempat Bg Jamal seorang anak muda Ulee Jalan mengatakan kepada Sabri bahwa Anto (polisi) menanyakan kepadanya, apakah Bg Buyong (Sabri) masih berobat? Mendengar hal tersebut, ia memutuskan untuk tidak lagi berobat ditempat Bg Jamal. Kepada anak muda tersebut korban mengatakan hendak pulang kekampung saja, jangan sampai orang lain musibah gara gara korban.


Istri korban mengatakan bahwa korban tidak bergabung dengan GAM. Beliau hanya dijebak, ia bercerita beberapa kali sempat korban diajak namun menolak. Suatu ketika ada rapat dirumah saudara, karena dihadiri oleh geucik serta sekretaris gampong juga makanya korban juga hadir. “Saat itu sempat ada catat nama disana, tetapi beliau tidak ada masuk kemanapun.” Tambah istrinya korban.


Lalu, korban berobat ketempat camat. Beberapa hari sebelum kejadian, istri korban sempat merasa tidak enak perasaan. Ia ingin menjenguk suami dirumah bapak, namun dilarang sebab khawatir kedatangannya akan membuat korban ditangkap. Malam minggunya, ia hendak berjumpa dengan korban tetapi oleh orang disana dikatakan nanti jika ada kebutuhan bertemu pasti akan diberitahu. Esoknya, Minggu pagi dikabarkan oleh adiknya bahwa korban sudah diambil oleh tentara. Kejadian itu terjadi pada tahun 2000.


Keluarga mencari kemana-mana, termasuk ke Kodim. Mereka mengatakan tidak ada. Ada juga yang mengatakan pada istri korban bahwa korban yang sakit dibawa oleh tentara diam-diam ke RS. Cut Nyak Dhin (RS. Tentara) tapi setelah dicari tidak bertemu. Istri korban juga bertemu dengan Kepala Danramil, menurut pengakuan istri korban suaminya kenal baik dengan Danramil. Beliau sempat mengatakan, “kenapa sewaktu saya sudah pindah tugas ke Meulaboh saya dengar Bg Buyung begitu, padahal pas saya masih kepala Danramil beliau baik baik saja.”


Setelah kejadian itu saksi mengaku seringkali bermimpi tentang korban. “Kadang saya melihat ia duduk di kursi, lalu saya salat subuh lalu ia kebelakang dan menghilang” kali yang lain ia memimpikan bahwa korban datang dari samping lalu mengecek bebek mereka. Ia juga sempat bermimpi, mereka salat tarawih saat sujud dengan jelas melihat wajah korban. Itulah mengapa ia yakin korban masih hidup. Beberapa bulan kemudian, ia bermimpi korban berada di Ujung Kareung, dalam mimpinya korban mengatakan bahwa ia diikat di pohon besar dan dibuang ke sumur. “Jangan cari lagi saya, kamu gak akan bisa temukan” katanya.


Untuk kehidupan sehari-hari, AS menggadai kebun dan berjualan kecil-kecilan sisa modal uang peninggalan suaminya. AS mengaku sempat mendapatkan bantuan uang konflik 2 kali sebanyak 3 juta pada tahun 2003. Saat ini, tidak ada bantuan apapun yang diterimanya. Anak-anaknya sudah tamat sekolah semua dan AS tidak menikah lagi 

“Kalau saya ke pasar, kadang-kadang dikasih uang oleh janda yang ada dipasar. Katanya dulu sempat berhutang sama bg buyung.”

error: Content is protected !!
id_IDID