Mustajab Bin Yunus
Hilang Pada 14 Agustus 1999
![](https://i0.wp.com/echoesofjustice.com/wp-content/uploads/2024/02/MUSTAJAB-BIN-YUNUS-scaled.jpg?fit=200%2C300&ssl=1)
Korban penghilangan orang secara paksa.
Mustajab adalah warga Teunom. Ia dikenal sebagai tokoh GAM
di wilayah tersebut. Ia diculik pada 14 Agustus 1999. Isterinya, WD
menceritakan, saat kejadian Mustajab tengah dalam perjalanan pulang dari Lamno.
Namun, pukul 9.30 pagi di depan kantor Koramil Sampioniet ia dicegat.
Masa-masa itu bertepatan jelang aksi menuntut referendum
Aceh. Di beberapa ruas jalan, aparat gencar melakukan sweeping.
“Dalam mobil sewa, suami saya ditarik tanpa alasan yang
jelas. Kabar yang beredar, ia sempat ditahan di Koramil. Kemudian langsung
dibawa ke kantor Kodim di Meulaboh,” ungkitnya.
WD pun pernah berusaha untuk bisa menjenguk Mustajab di
sana, dua bulan setelah ia ditahan. Tapi mereka tak pernah bisa bertemu. Pada
saat aksi tuntutan referendum merebak di Aceh, Mustajab dibawa tentara entah
kemana.
Setelah aksi massa tersebut, WD kebingungan hendak kemana
mencari Mustajab. Apalagi setelah suaminya itu tak lagi di Kodim Meulaboh.
Ketika heboh pemberitaan temuan mayat dalam drum minyak di sana, samar-samar
muncul dugaan dalam hati WD. “Bisa jadi itu suami saya, ada ditulis di berita
tinggi mayat diperkirakan 160, suami saya segitu juga tingginya. Tapi mayat itu
kan sudah sulit dikenali. Jadi saya tak bisa memastikan juga,” terangnya. Ia
tak berani mendatangi kuburan jenazah itu di area rumah sakit Meulaboh. Dalam
situasi kala itu, pergi kemana pun tidak aman.
Kurang lebih satu tahun WD mencari Mustajab. Biaya hidup
mereka dihabiskan untuk perjalanan menyusuri kabar suaminya itu. Tak hanya ke
pos-pos tentara, WD bahkan meminta bantuan dukun kampung. Dukun itu menyarankan
WD agar pasrah saja, karena menurutnya sang suami sudah meninggal dan tidak
perlu dicari lagi.
Anaknya yang kala itu masih berusia empat bulan, tak
henti-henti menangis. “Ketika anak beranjak remaja baru saya ceritakan kejadian
ayahnya. Sekarang dia sudah kuliah,” imbuhnya.
Kehilangan Mustajab memaksa WD mencari nafkah sendiri untuk
menghidupnya dan putri semata wayangnya itu. Berkat bantuan beberapa pihak, ia
bisa membuka usaha kios. Ia pun telah menikah lagi, namun suami terakhirnya
telah meninggal karena sakit.
WD menambahkan, suatu hari kedainya pernah didatangi tentara. Tapi hanya untuk singgah sebentar. “Mereka singgah karena tahu saya istrinya panglima GAM,” katanya sambil tertawa.