Muhammad Nazib
Hilang Pada 19 Agustus 2000
![](https://i0.wp.com/echoesofjustice.com/wp-content/uploads/2023/10/12.jpg?fit=240%2C300&ssl=1)
Korban penghilangan orang secara paksa.
Pada saat kejadian korban baru pulang jaga malam dari pos jaga di Kem yang letaknya tidak jauh dari rumah korban. Pukul 1 pagi korban pulang kerumahnya langsung naik ke atas (kamarnya diatas dekat loteng) untuk istirahat. Saat itu, MP istri korban sedang dalam keadaan hamil 4 bulan.
Tidak lama kemudian, sekitar pukul 3 ada orang yang masuk
kerumah sekitar 5 orang menggunakan penutup wajar berupa kain sapu tangan dan
pakaian loreng, sebagian juga ada yang berpakaian bebas. Namum saksi tidak tahu
apakah mereka GAM atau TNI.
Mereka masuk lewat jendela belakang dan langsung
menghidupkan lampu. Mendengar suara ribut-ribut isteri korban turun dan melihat
pelaku sudah berada didalam rumah. Pelaku menyuruh saksi untuk menyuruh korban
keluar. Yang mengeherankan saksi adalah mereka tahu dimana letak sakelar,
padahal kalau tidak pernah masuk kerumah mustahil langsung tahu.
Saat hendak meminta tolong, istri korban ditodong senjata
agar tidak tidak teriak sehingga terpaksa diam saja. Korban dibawa tanpa sempat
menggunakan sandal pun. Saksi sempat berfikir bahwa suaminya dijemput sebab
terlalu cepat pulang dari meronda.
Tidak lama setelah dibawa pergi, sekitar pukul lima korban
mendatangi pos jaga untuk mengecek. Orang meronda masih berkumpul disana, saat
saksi menanyakan keberadaan korban. Teman-teman di pos jaga mengatakan tidak
ada dan tidak tahu. Lalu mereka beramai-ramai mencari sampai ke pos TNI Buntul.
Keesokan pagi harinya isteri korban langsung melapor ke
kepala desa mengenai kejadian tersebut, ia juga mencari ke pos terdekat yang
bahwa suaminya telah dibawa oleh orang yang berpakain preman dan memakai
senjata dari rumahnya setelah korban pulang dari pos jaga, tapi tidak ada
respons apa-apa. Telah banyak upaya yang dilakukan oleh kelurga korban untuk
mencari keberadaannya namun sampai sekarang korban belum juga ditemukan.
Karena merasa takut dan trauma akhirnya korban pindah dari
tempat tersebut, meninggalkan rumah dan kebunnya. Januari 2001, dalam duka dan
rasa takut anak mereka lahir. MP menamainya SM ia berharap anaknya dapat
menjadi pelipur setelah ditinggal oleh suaminya.